Finalis 18: Percaya Diri Untuk Bepergian Sendiri!

Banyak yang mengaku hobi jalan-jalan tapi tidak mau pergi sendiri karena berbagai alasan, dari takut kesepian sampai takut dilecehkan, padahal sudah banyak contoh asyik dari mereka yang melakukansolo traveling. Saya salah satu orang yang sering melakukannya. Terakhir, awal 2015, sekitar dua minggu saya seorang diri bepergian ke lima kota di Pulau Jawa. Sebulan kemudian, ke delapan kota di empat negara Asia Tenggara selama dua minggu. Hasilnya, saya pulang utuh dan merasa lebih “kaya” dan “terdidik”, sehingga ingin dan ingin lagi melakukannya.
Kemiripan sebagai sesama orang Asia mungkin menjadi salah satu faktor yang memudahkan perjalanan saya ke empat negara tersebut, tapi pikiran positif yang selalu ditanamkan di kepala bisa jadi hal lain yang membuat cerita jalan-jalan saya menjadi begitu seru dan “nagih”. Melalui pengalaman yang ada, saya mendorong teman-teman yang mempunyai hasrat yang sama—melihat sebanyak mungkin ciptaan Tuhan di luar kampung halamannya—untuk #BeraniLebih percaya diri melancong seorang diri.
Banyak kejahatan yang bisa terjadi selama di perjalanan. Iya, saya setuju, saya pun pernah mengalaminya. Tapi selama kita melakukan persiapan dan tindakan antisipasi, serta yakin bahwa Tuhan bersama orang-orang yang berniat baik, kita pasti bisa melewatinya.
1428645856774Pengalaman mengajarkan bahwa bepergian dengan seorang teman atau lebih memang menyenangkan, tetapi juga menyebalkan ketika banyak hal yang harus dikompromikan dan ditoleransi. Misal saja dari segi waktu dan gaya perjalanan. Ketika kita dan teman setuju untuk liburan pada tanggal tertentu, dia tiba-tiba batal ikut karena ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda, sementara cuti kita sudah disetujui atasan. Cerita lain, ketika kita ingin berlama-lama menikmati suasana di suatu tempat dengan hanya sesekali mengambil foto, teman kita terus-terusan minta tolong difotoin dan mendesak untuk segera ke tempat lain. Hal-hal tersebut terkesan sepele namun terkadang bisa merusak mood, bahkan merusak pertemanan. Itulah alasan yang membuat saya lebih suka bepergian seorang diri. Bebas melakukan yang saya inginkan, bebas mengatur waktu, dan tidak berisiko menyinggung perasaan orang lain.
Seorang teman pernah berkata bahwa kesendirian ketika traveling hanya terjadi pada saat kita berangkat dan pulang. Ada banyak orang yang akan mengisi kesendirian kita di tengah jalan. Saya mengalaminya! Mereka bisa saja orang yang duduk di dekat kita selama di bus atau kereta; warga lokal yang sok ramah dan membantu ketika kita kebingungan mencari jalan; sesama pelancong yang dijumpai di penginapan; atau pedagang yang tidak henti menawarkan dagangannya. Mereka kebanyakan memang hanya teman sesaat yang bahkan kita tidak saling bertukar nama, apalagi alamat rumah. Tapi setidaknya kita memiliki momen berinteraksi dengan orang lain, yang menjadi penyedap cerita tentang tempat-tempat yang kita sambangi.
Hal yang paling tak ternilai dari traveling sendirian menurut saya adalah kita dikejutkan oleh potensi tersembunyi di diri kita. Saya jadi tahu bahwa saya cukup pintar membaca peta dan lumayan jago bernegosiasi. Banyak hal positif yang ada pada diri saya, ternyata. Saya jadi setuju bahwa terkadang memang hanya butuh diri kita untuk tahu bagaimana kita sebenarnya.
Ayolah teman, #BeraniLebih percaya diri bepergian seorang diri karena itu bisa membuat kita mengenali potensi yang kita miliki.
Twitter: @relindapuspita

Comments