Finalis 12: #BeraniLebih Berani Menantang Diri Sendiri



Sssttt… Saya sebenarnya memendam iri lho sama generasi muda sekarang! Saya iri karena remaja sekarang punya banyak wadah untuk mengembangkan potensinya, seperti adanya beragam kompetisi, workshop, kelas-kelas menulis, komunitas online, dan sebagainya. Banyak belia yang sudah berkarya dan mendunia, sementara saya rasanya masih berdiri di titik yang sama selama belasan tahun.

Dan sedikit sesal (umm… nggak sesedikit itu sih, agak banyak sepertinya), kemana ajaaa saya dulu??? Kok rasanya tahun-tahun belia saya terlewat begitu saja tanpa kesan istimewa dan prestasi. Sepotong momen yang bisa saya banggakan sebagai “prestasi” (kalau memang bisa disebut prestasi) adalah ketika satu cerita pendek saya berhasil dimuat di majalah Kawanku tahun 2002 dan saya punya kesempatan ikut Scriptwriting workshop bersama mbak Key Mangunsong sekaligus ketemu sama Ijonk yang manis itu.

Lalu, ketika saya sudah bertahan selama 10 tahun di sanggar menari, tiba-tiba saya sok berani ambil keputusan untuk keluar dari sanggar dan memilih ikut ekskul Pramuka hanya karena ikutan temen-temen padahal saya nggak bisa apa-apa. Dua tahun kemudian saya nangis nyesel abis lihat temen-temen nari di sanggar sudah pentas skala nasional! Hiks…

Mencoba bangkit, saya ulik-ulik apa yang paling suka saya lakukan. Menulis ternyata. Tiap tahun saya minta dibelikan sepaket buku tulis tebal untuk nulis cerita. Dari cerita nggak jelas, cerita anak-anak sederhana, sampai cerita misteri yang aneh, semuanya saya coba tulis. Begitu kenal internet, saya coba-coba menulis di blog, meski berkali-kali “nyampah” dan akhirnya balik menulis tangan dan menuh-menuhin folder laptop. Sampai kemudian saya #BeraniLebih berani menantang diri sendiri untuk ikut kompetisi menulis, bukan cuma mengirim tulisan ke majalah dan kecewa karena jarang dimuat, hehehe…

Kompetisi besar yang pertama kali saya ikuti adalah kompetisi menulis 7 Deadly Sins dari penerbit kawakan. Biyuuuhh… kalau diingat perjuangan saat nulisnya… saya nggak pernah nyesel meskipun nggak menang! Karena saat kompetisi dibuka, saya sudah ada di pedalaman Kalimantan Tengah, tidur dalam gubuk, tanpa koneksi internet, harus menempuh perjalanan 7 jam untuk ke ibukota demi browsing cari referensi, menginap 1-3 malam di penginapan, lalu kembali ke pedalaman. Hasilnya? Lumayan lah, nama dan “Lilin” saya terekam di Google Search karena masuk list 20 besar tulisan terpilih. Satu lagi tulisan saya masuk list tulisan terpilih, “Hati Oki di Daun Maple” dalam kompetisi yang diadakan sebuah penerbit.

Dan saya keterusan! Tulisan saya lainnya? Belum menang sih, tapi saya pantang menyerah, hohoho… Yang penting saya menulis, menulis, dan menulis. Yang terpenting saya akan tetap #BeraniLebih berani menantang diri sendiri untuk lebih #BeraniLebih produktif menulis. Gagal itu bukan ketika tulisan saya tidak menang atau tidak dimuat, tapi gagal adalah ketika saya berhenti menulis.



Facebook: Puteri Krisnasekar
Twitter: @krisnasekar


Comments